Dari Data Center Hingga Nuklir,
Teknologi Mengubah Dunia Energi?

Oleh Taopik — 27 November 2025

Di tengah hiruk-pikuk akhir tahun, dunia teknologi kembali diguncang gelombang investasi besar-besaran yang semuanya menuju satu pusat gravitasi: kecerdasan buatan (AI). Bukan lagi sekadar model baru atau gadget canggih, tetapi bagaimana AI mengonsumsi listrik sebesar satu kota, dan memaksa industri energi berinovasi gila-gilaan.

Mulai dari pendanaan reaktor nuklir kecil hingga valuasi Alphabet menuju $4 triliun, tren ini menandai era di mana AI bukan sekadar tools, tapi pemakan energi besar yang mengubah arah ekonomi global.

⚡ AI “Pemakan Energi”: Data Center Setara Jutaan Rumah

Bayangkan: data center AI seperti milik OpenAI atau Google membutuhkan daya listrik setara jutaan rumah tangga. Dampaknya? Ledakan investasi di infrastruktur energi hijau.

Pada 24 November 2025, X-Energy mengamankan $700 juta pendanaan untuk membangun Cascade Advanced Energy Facility—tiga fase, masing-masing dengan empat reaktor 80 MW bebas karbon.

Target utamanya? Industri besar termasuk data center AI yang sangat haus energi. Reuters memproyeksikan bahwa permintaan listrik global dapat meningkat 20–30% hanya karena AI.

🏭 Industri Hardware AI Meledak

Keysight Technologies melaporkan keuntungan kuartal ketiga yang melampaui ekspektasi berkat meningkatnya permintaan dari pusat data AI. Saham mereka naik 5% setelah pengumuman.

Alphabet (Google) juga melaju menuju valuasi $4 triliun, didorong oleh inovasi AI seperti Gemini. Anthropic pun tidak tinggal diam, merilis Claude Opus 4.5 yang makin menguatkan persaingan AI global.

🧨 Kontroversi: “AI Slop” & Dampak Lingkungan

Namun tren ini tidak lepas dari kontroversi. Ribuan postingan viral soal “AI slop” di X memicu perdebatan etis tentang kualitas konten AI-generated.

Sementara itu, aktivis energi mempertanyakan apakah reaktor SMR benar-benar hijau atau sekadar greenwashing untuk Big Tech.

🇮🇩 Apa Artinya untuk Indonesia?

Indonesia punya peluang besar, terutama pada energi terbarukan dan infrastruktur data center. Tapi tantangannya tidak kecil:

Dengan pertumbuhan startup AI lokal dan potensi kolaborasi global, Indonesia harus bergerak cepat jika tidak ingin tertinggal.

🔮 Kesimpulan

November 2025 menunjukkan bahwa AI bukan lagi teknologi masa depan—melainkan teknologi hari ini. Dan harga yang harus dibayar tidak kecil, baik dari sisi uang maupun energi.

Mau ikut tren ini? Mulailah belajar AI dasar atau mendukung inisiatif energi hijau. Siapa tahu, data center pertama berbasis nuklir di Asia Tenggara akan ada di Jakarta.


← Kembali ke Blog